Selasa, 15 Maret 2011

Heritage Award 2011

Feb 2011 | frans ari prasetyo

Heritage Award 2011 by frankazoid
Bandung, tidak akan pernah berhenti membicarakan kota yang satu ini. Mulai dari lokasinya yang menyimpan kesejukan alam yang indah walaupun sekarang sudah mulai berkurang. Ada berbagai macam wisata laiinya yang membuat kota ini begitu punya nilai sosial budaya yang kental. Mulia dari wisata fashion, kuliner,hiburan, wisata alam yang diperkuat oleh keramahtamahan masyarakatnya membuat kota ini menjadi trend setter untuk kota-kota lainnya di Indonesia. selain itu juga bandung menyimpan anugrah sebagai kota yang menyediakan sarana pendidikan terbaik di negeri ini. Maka tidak salah kalau pada jaman kolonial dulu , Bandung dijadikan lokasi untuk liburan, menempuh pendidikan dan aktivitas sosial budaya lainnya yang dilakukan oleh para petinggi pemerintahan kolonial Belanda pada masa itu.

Akibatnya Bandung kemudian sangat terkenal diseantero jagad yang kemudian dibandingkan dengan suasana kota Paris di Eropa sehingga Bandung kemudian dikenal dengan sebutan Pariz van java (paris dari Jawa). Kemunculan kota ini menjadi kota yang bernuansa eropa membuat infrastuktur yang terbentuk didalamnya secara cultural mengalami penambahan yang signifikant. Hal ini ditandai dengan banyaknya bangunan atau gedung berarsitektur dengan gaya kolonial ada dikota ini, mulai dari gedung pemerintahan, sekolah, pertokoan, rumah pribadi sampai gedung pertunjukan film dan teather.

Adalah Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung atau yang dikenal dengan bandung Heritage yang didirikan pada tahun 1987 oleh sekelompok orang yang bertekad untuk melestarikan bangunan atau gedung-gedung dibekas peninggalan kolonial yang berada di Kota Bandung Ini. sampai saat ini telah bergabung sebanyak 500 anggota dengan beragan latar belakang dan profesi sebagai partisipan dan simpatisan dari Paguyuban ini. Paguyuban ini percaya bahwa indentitas kota Bandung yang diperoleh dari buadayanya yang khas dan akulturasi budaya yang dinamis dengan budaya asing adalah aset yang paling penting bagi keberadaan kota tersebut sebagai sebuah ruang sosial budaya.

Dalam kesempatan kali ini, Bandung Heritage yang bertempat diarea Departemen Pariwisata provinsi Jawa Barat menyelenggarakan sebuah kegiatan rutin tahunan disetiap Bulan Februari yang kebetulan bertepatan dengan hari jadinya yang ke 24 tahun pada tanggal 15 Februari dan juga untuk mendukung perayaan kota Bandung yang ke 200 tahun. Acara ini bertajuk Heritage Award yang merupakan penganugrahan kepada instansi atau perorangan yang sampai saat ini masih tetap menjaga kelestarian Infrastuktur bekas jaman kolonial dulu dan masih digunakan sampai sekarang terutama bangunan-bangunan arsitekturnya.Sebanyak 25 gedung yang kali ini mendapatkan Heritage Award berdasarkan penilaian para anggota paguyuban ini. Yang berkesampatan mendapatkan anugrah ini dari pihak instansi atau perkantoran salah satunya adalah Makodam III siliwangi, Bank BTPN, Grand Hotel Preanger, PT Biofarma dan lain-lain. Sedangkan yang mendapatkan award ini secara perseorangan adalah Rumah Tinggal bpk. Mashudi dan bapak Dr.Koestedjo yang keduanya berada dijalan Ir.H Juanda (dago).

Acara yang berlangsung di Gedung Indonesia Menggugat ini, selain penganugrahan penghargaan diatas dilengkapi juga dengan pameran fotagrafi tentang gedung-gedung yang dianggap mempunyai nilai heritage dan juga pameran sketsa drawing tentang gedung-gedung tersebut. Namun ada yang kurang dalam merespon issue yang berkaitan dengan heritage, harus ada kajian yang lebih komprehensif tentang pengangkatan image sebuah gedung yang masuk dalam kategori Heritahe tadi. Contohnya tidak semuanya harus yang bernilai kolonial , tapi harus juga bernilai sosio-cultural yang membentuk karakter kota itu sendiri dimasa sekarang ini.

Contohnya gedung olah raga (GOR) Saparua, gedung ini tidak ada yang memperhatikannya padahal gedung ini memiliki nilai sosio-cultural yang dalam bagi kota bandung. Gedung ini merupakan gedung olah raga tertua dikota ini yang memberikan kontribusi kultural bagi kota Bandung. Bagaimana tidak gedung ini merupakan simbol dari pergerakan musik underground di Bandung di era 90an. Cikal bakal berkembangnya industri musik indie , industri fashion dan industri kreatif lainnya yang berkaitan dengan trend anak muda tidak bisa dilepaskan dari kontribusinya GOR saparua ini. Disinilah konser-konser musik underground yang merupakan representasi gerakan anak muda pada masa itu sering diselenggarakan pada tahun 90an sampai awal 2000an. 

sayang sekali pemerintah Bandung kurang sensitif melihat gedung ini dan sampai sekarang dibiarkan tidak terurus dan tidak bisa lagi digunakan untuk event-event yang mendatangkan massa yang banyak sesuai kapasitasnya, sekarang gedung ini hanya dijadikan tempat olahraga volley ball yang dilakukan oleh club-club atau perkumpulan amatir maupun profesional dan dari sinilah pengurus gedung mendapatkan dana operasional untuk memelihara GOR saparua ini. 

Itu merupakan salah satu contoh, ada contoh lain lagi dengan kasus yang berbeda. Misalnya pengambilalihan fungsi gedung-gedung kolonial disepanjang jalan Ir.H Juanda (dago) untuk dijadikan wilayah komersial berupa cafe atau factory outlet dengan mengubah struktur bangunan dan arsitekturnya. Hal ini sangat disayangkan, kalau memang kepentingan kapital dirasa lebih menguntungkan tidak apa-apa tapi jangan juga menyingkirkan kepentingan historis dan sosial budayanya. Sebenarnya hal ini bisa dibicarakan untuk mendapatkan win-win sollution kalau ada keinginan membuat Bandung tetap menjadi salah satu kota dengan bangunan arsitektur kolonial terbanyak didunia.

Contoh diatas seharusnya menjadi trigger untuk bandung Haritage untuk berperan lebih aktif dalam dalam melakukan pemetaaan tentang gedung-gedung yang dikategorikan dalam wilayah Heritage tadi dan juga sebagai oposisi dalam memonitor dan juga sebagai partner bagi pemerintah dalam menentukan kebijakannya dalam menjaga gedung-gedung ini tetap lestari.

Semoga.............

Heritage Award 2011 by frankazoid
Heritage Award 2011 by frankazoid
Heritage Award 2011 by frankazoid

Cap Go Meh di Bandung

feb 2011 | frans ari prasetyo

Cap go meh 2011 by Frankazoid

Cap Go Meh merupakan sebuah moment yang melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Imlek bagi komunitas kaum migran Tionghoa yang tinggal di luar Cina. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama. Imlek sendiri  merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Perayaan tahun baru imlek dimulai di hari pertama bulan pertama  di penaggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh  di tanggal kelima belas (pada saat bulan purnama). Malam tahun baru imlek dikenal sebagai Chúxi yang berarti "malam pergantian tahun".

Dirayakan di daerah dengan populasi suku Tionghoa, Tahun Baru Imlek dianggap sebagai hari libur besar untuk orang Tionghoa dan memiliki pengaruh pada perayaan tahun baru di tetangga geografis Tiongkok, serta budaya yang dengannya orang Tionghoa berinteraksi meluas. Ini termasuk Korea, Mongolia, Nepal, Bhutan, Vietnam, dan Jepang (sebelum 1873). Di Daratan Tiongkok, Hong Kong, Macau, Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan negara-negara lain atau daerah dengan populasi Han Cina yang signifikan, Tahun Baru Cina juga dirayakan, dan pada berbagai derajat, telah menjadi bagian dari budaya tradisional dari negara-negara tersebut.

Perayaan ini dirayakan dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan. Di Taiwan ia dirayakan sebagai Festival Lampion. Di Asia Tenggara ia dikenal sebagai hari Valentine Tionghoa, masa ketika wanita-wanita yang belum menikah berkumpul bersama dan melemparkan jeruk ke dalam laut - suatu adat yang berasal dari Penang, Malaysia. Sedangkan di Indonesia bisa terwakili oleh kegiatan Perayaan Cap Goh Meh di Singkawang yang biasanya ditandai dengan arak-arakan para Tatung menuju vihara atau klenteng. Perayaan dipercaya sudah dilaksanakan turun temurun sejak 200 tahun yang lalu. Para tatung berasal dari berbagai vihara yang tersebar di seluruh Singkawang, oleh karena itu tak heran kalau Singkawang juga mendapat julukan kota seribu kuil. Dalam 1 vihara atau klenteng kadang terdiri lebih dari 1 orang Tatung. Pagi hari di hari ke 15 ini, para Tatung akan berkumpul untuk melakukan sembahyang kepada Langit di altar yang sudah disiapkan. Perjalanan para Tatung di tandu dengan menggunakan tandu yang beralaskan pedang tajam atau paku tajam, sambil memamerkan kekebalan tubuhnya. Ada juga yang naik tangga pedang, biasanya terdiri dari 36 atau 72 pundak/tangga. Semakin bisa naik ke atas maka artinya semakin kuat juga ilmu Tatung tersebut. Kegiatan ini telah mulai dikembangkan sebagai objek pariwisata untuk menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Kali ini bandung yang merayakannya, setelah melakukan ritual bersama di kelenteng yang berada didaerah Kelenteng-Cibadak yang notabene merupakan chinatown sejak jaman kolonial Belanda. sama seperti yang terjadi di singkawang, terdapat banyak arak-arakan patung, barongsai dan berbagai jenis alat musik yang mengiringinya sepanjang jalan. Arak arakan ini berjalan mengitari daerah melalui jalan kelenteng-sudirman-kebonjati-otista-astanaanyar-pagarsih dan kembali ke kelenteng. Arak-arakan ini membuat macet sebagian ruas jalan kota Bandung dalam beerapa jam, tapi namanya juga sebuah perayaan pasti ada konsekuensinya . Tapi hal itu bukan masalah, aparat kepolisian dengan sigap mengawal kegiatan yang berlangsung sangat besar ini. Bagaimana tidak sepertinya hampir semua utusan dari beberapa daerah diseluruh jawa hadir dalam perayaan ini dan juga setelah beberapa tahun terakhir tidak ada perayaan besar-besaran untuk Cap Go Meh, maka kali ini dijadikan moment akbar untuk merayakannya.

Banyak sekali masyarakat yang sangat anhtusias dengan perayaan cap go meh kali ini walaupun bukan berasal dari masyarakat Tionghoa maupun penganut agama yang sama. Disini terlihat bagaimana kerukunan etnis dan kerukunan beragama sangat nyata tergambarkan dalam suasana keceriaan Cap Go Meh. Semoga ini masih tetap terpelihara.

"Gongxi facái" 

Cap go meh 2011 by Frankazoid
Cap go meh 2011 by Frankazoid
Cap go meh 2011 by Frankazoid

Senin, 14 Maret 2011

Buku : Kreativitas Tanpa Batas

feb 2011 | frans ari prasetyo

Louncing buku Kreativitas Tanpa Batas di GIM (by frankazoid)
"Kreatif" itulah slogan yang dalam beberapa tahun belakangan ini tersemat dalam diri kota Bandung. Bagaimana tidak pola-pola kreatif yang awalnya berasal dari wilayah individu kini masuk keranah wilayah industri dan politis. Sekarang ini banyak sekali aspek kehidupan terutama masyarakat Bandung yang sangat berkaitan dengan wilayah "kreatif" ini karena sudah menjadi hajat hidup orang banyak dengan beragam kepentingannya.

Bila dijabarkan lebih jauh, kreatif ini dilakukan dalam aktivitas yang continue menghasilkan sebuah value bernama kreativitas. Kreativitas ini dapat dipetakan menjadi beberapa fragmen dan dikaji/dilihat dari berbagai sudut pandang maka akan menghasilkan pandangan yang berbeda-beda dan mempunyai cirinya masing-masing, misalnya :

Kreativitas bila masuk dalam ranah psikologi, merupakan sebuah kemampuan alamiah dari otak kanan yang kemudian terasah oleh beragam disiplin ilmu yang dipelajarinya.Kreativitas bila masuk dalam ranah ekonomi , merupakan bentuk lainnya dari kapitalisme.

Kreativitas dilihat dari sifatnya, bila merupakan sesuatu yang murni hanya akan berkisar dalam wilatah akademik, sedangkan bila kreativitas merupakan sebuah terapan, maka merupakan sebuah instrumen dari sebuah mekanisme sosial-engineering dalam kehidupan sehari-hari.

Kreativitas dilihat dari kualitasnya, bila secara personal adalah bagaimana mengembangkannya dalam basis individu/internal. Tapi bila kreativitas merupakan kualitas secara kolektif, maka bagaimana sebuah kolektif/komunitas tersebut melembagakan kreativitas untuk menjadi nilai yang fundamental.

Kreativitas bila dipandang sebagai sebuah persoalan kognitif, maka hanya semata-mata terbentuk karena terbukanya akses pngetahuan dan informasi dan juga sebagai wadah pengembangan diri. Sedangkan bila kreativitas dipandang sebagai persoalan sosiologis, maka bagaimana mekanismenya untuk mengembangkan kreativitas itu sendiri yang ditandai oleh patologi sosial yang ada dimasyarakat itu sendiri. Misalnya bagaimana kreativitas bisa berkembang dalam masyarakat yang penuh dengan kontaminasi korupsi dll.

Kreativitas yang dilihat merupakan sebuah realisasi yang sporadis , maka ini menjadi sesuatu yang tidak mengikuti trend atau pola yang sedang berkembang. karena hal ini merupakan pilihan sendiri maka hasilnya atau dampaknya tidak berpengaruh dalam skala makro. Apabila kreativitas dilihat dalam kacamata realisasi yang sistemik, maka disini diperlukan desain yang manjur untuk bisa diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, mengingat masyarakat Indonesia dewasa ini telah kehilangan kemampuan berfikir yang visioner.

Terakhir bila kreativitas dilihat sebagai elemen yang sinkronis, maka kreativitas disini hanya mengukur berdasarkan lintas periode, misalnya perbedaan antara aktivitas berpolitiknya politisi pada tahun 1945 sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia dengan politisi yang berpolitik di era tahun 1990 sampai 2000an sebelum dan setelah masa reformasi. Tapi bila dipandang  kreativitas sebagai sesuatu yang diakronis, maka nilai kreativitasnya hanya dilihat dari prestasinya atau periodenya, misalnya kreativitas anak-anak yang yang mampu membuat sebuah software bidang tertentu yang diakui oleh publik diera informatika sekarang ini.Akhirnya , kreativitas dapat dijadikan modal sistemik sebagai langkah lebih lanjut dalam area aktivitas untuk bisa masuk dan berada diwilayah ekonomi makro.

Adalah Hudaya Latuconsina yang mencoba merangkum hal diatas dalam sebuah buku bertajuk "Kreatifitas Tanpa Batas : Menuju Ekonomi Kreatif Berbasis Insan Kreatif". Hudaya sendiri merupakan sosok yang selama ini dikenal sebagai mentor, fasilitator, trainer di bidang sumberdaya manusia bagi pegawai negeri sipil didaerah tempat dia bekerja di provinsi Banten. Dalam peluncuran bukunya kali ini terdapat narasumber lain seperti Benny Yohanes sebagai dosen dari STSI dan Guftaff H Iskandar sebagai penggiat kreatif di bandung melalui Commonrooms. 

Acara yang berlangsung di Gedung Indonesia menggugat dipenuhi oleh para undangan yang sebelumnya telah melakukan registrasi dan konfirmasi kedatangannya, karena mereka akan diberikan buku yang ditulis oleh Hudaya Latuconsina secara gratis sehingga tempatnya terbatas. Tapi dengan tidak melihat hal tersebut, masa yang hadir bisa dilihat dari berbagai elemen masyarakat, mulai dari akademisi, mahasiswa, praktisi, media dll yang sangat mengapresiasi kehairan buku ini sebagai tambahan wawasan dalam perspektif Hudaya latuconsina ketika memandang issue kreatif ini. Hal ini tentu saja sangat penting karena gagasan yang ditampilkan dalam buku ini dikaitkan dengan nilai-nilai religius disamping dengan teori-teori barat yang dipaparkan dengan gamlang. Setidaknya buku ini menjawab respon publik yang kreatif untuk tetap terus aktif berkreasi.

TK Bhakti Ilahi di Perpustakaan Bacabaca

Feb 2011 | frans ari prasetyo

Kunjungan TK Bhakti Ilahi ke Perpustakaan Baca-Baca (frankazoid)

Mungkin sekarang adalah era dimana sekolah formal berafiliasi dengan sekolah informal untuk memberikan nutrisi yang berbeda tapi tetap saling melengkapi dalam meningkatkan pengetahuan dan perkembangan anak-anak. Hal ini dibuktikan dengan kunjungan sekolah TK Bhakti Ilhahi yang bertempat di daerah Padasuka Bandung untuk mengunjungi perpustakaan baca-baca yang berlokasi tidak jauh dari sekolah tersebut.

Adalah inisiatif dari guru-guru TK Bhakti ilahi untuk mengajak anak-anak didiknya untuk mengenal metode pembelajaran yang berada diluar ruang kelas. setelah melakukan berbagai permainan dihalaman belakang dari perpustakaan baca-baca yang memang cukup luas, anak-anak diperkenalkan kepada sebuah perpustakaan yang tidak lain merupakan tempat koleksi buku-buku yang diperuntukan untuk umum yang bisa dibaca ditempat atau pun dibawa pulang dengan sistem peminjaman.

Anak-anak TK ini sangat antusias untuk memilih buku-buku anak seri bergambar dan komik, hal ini bisa dimaklumi walauoun mereka belum bisa membaca secara lancar tapi insting anak-anak adalah menyukai hal-hal yang berorientasi pada gambar penuh warna-warni. Mereka meminta kepada gurunya atau beberapa orang volunteer di baca-baca untuk menceritakan isi buku yang mereka pilih. Cukup repot juga tapi yang pasti metode-metode pembelajaran sambil bermain seperti ini dengan membawa anak-anak mengenal perpustakaan dan mengenal banyak buku-buku menarik sebgai stimulus positif agar anak-anak lebih banyak membaca, karena dengan membaca mereka tahhu tentang berbagai hal pengetahuan yang nantinya sangat berguna ketika dia dewasa.

Perpustakaan baca-baca sangat merespon kunjungan TK Bhakti ilahi ini dan berharap ada kunjungan dari sekolah-sekolah lain untuk memberikan alternatif bacaan lain yang berbeda dari apa yang mereka dapatkan disekolah formal tetapi dengan konteks yang relevan dan dibutuhka oleh anak-anak tersebut.


Aktivitas di Perpustakaan Baca-Baca (frankazoid)


Mari cinta perpustakaan.......mari cinta membaca.........dan ceriakan selalu !



Wujudkan Mimpimu Anak Jalanan

feb 2011 | frans ari prasetyo

Teather anak jalanan (by frankazoid)
"Wujudkan Mimpimu", begitulah judul yang terpampang dalam sebuah bentuk pertunjukan teather berskala internasional dari anak perempuan yang hidup dijalanan. Ini merupakan cerita tentang anak jalanan yang tidak bisa bermimpi secara bebas, tentang mimpi yang mendambakan kehidupan lebih baik dari yang mereka jalani sekarang ini. Masa kecil mereka , yang seharusnya menjadi tonggak perwujudan mimpi mereka nantinya malah terenggut oleh kerasnya kehidupan jalanan.

Dalam pementasan teather ini, adalah tokoh Bintang yang hidup sebagai anak jalanan merasa sangat takut untuk bermimpi. Dia merasa takut apabila bermimpi dia tidak  bisa mewujudkan mimpinya karena harus berjuang untuk bertahan hidup dijalanan, akhirnya dia meninggalkan mimpinya untuk menjalani hidup yang realistis dihadapannya sebagai seorang anak jalanan.

Bintang tidak sendiri, dia hanya salah satu potret dari sekian banyak potret kehidupan anak jalanan di Indonesia. Dalam pikirannya adalah bagaimana caranya agar setiap hari dapat mengisi perutnya dengan makanan tanpa memikirkan mau jadi apa nantinya apabila sudah dewasa. Memang sangat naif bila menyudutkan posisi anak jalanan dengan sigma seperti itu, buktinya anak-anak yang bukan hidup dijalan pun tidak memikirkan akan jadi apa kelak dia kalau sudah dewasa, tapi setidaknya mereka memiliki arahan hidup yang sudah dibuat oleh orangtuanya minimal dengan sekolah dan fasilitas tang mendukung dia untuk berkembang, berfantasi dan bermimpi tentang masa depan. lalu bagaimana dengan anak-anak dijalanan, mereka sudah dikondisikan untuk melakukan hal-hal yang orang dewasa lakukan, seperti mencari uang untuk kehidupannya, jangankan sekolah bisa makan dan tidur nyaman pun mereka sudah merasa cukup. Dari hal diatas, sebenarnya anak jalanan juga memilki potensi yang sama bahkan jauh lebih besar jika bisa dikontrol dan diarahkan, karena mereka sudah terbiasa dengan kehidupan yang sangat keras. Mereka sangat berani dan kuat, mereka hanya ingin diperhatikan dan diperlakukan selayaknya anak-anak oleh negara ini untuk bisa bermimpi dan menentukan masa depannya yang lebih baik.

Dalam menemukan jati dirinya, khususnya anak perempuan maka apa yang dikisahkan diatas dipentaskan secara teater musikal oleh anak-anak yang di bimbing dan diprakarsai oleh Ubuntu Teather Organization,Yayasan Bahtera dan Mainteather. Ini merupakan kolaborasi dari kerjasama yang dibentuk oleh mereka dalam melakukan kerjasama seni budaya berupa teather, seni tari, seni suara dan seni gambar yang terangkum dalam pertunjukan ini yang kali ini berlangsung  diCommonrooms setelah sebelumnya mengadakan pertunjukan di tiga tempat berbeda, antara lainm di SDN Sukaraja, Studio Rosid dan di Gedung Indonesia Menggugat. 

Pertunjukan teather anak jalanan ini sebagai manifesto dari betapa seni teater anak diterlantarkan oleh negara ini padahal dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 menyebutkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Sedangkan dalam Konvensi hak-hak anak (KHA) yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden no.36 tahun 1990. Disana disebutkan dalam pasal 5 bahwa keluarga bertanggung jawab mengasuh dan membimbing anak-anaknya dan pasal 19 menyebutkan bahwa anak memilki hak perlindungan dari segala bentuk kekerasan fisik, seksual, mental,eksploitasi dan pengabaian dan penelantaran baik ketika anak diasuh oleh orang tua kandung, orang tua anggkat/wali maupun di panti asuhan. Di pasal 18 menyatakan kewajiban negara membantu keluarga yang tidak mampu menjalankan tanggung jawabnya mengasuh anak melalui berbagai program pendidikan bagi orang tua tentang mekanisme pola pengasuhan anak, konseling keluarga,bantuan bagi keluarga miskin. Pertunjukan ini juga sebagai langkah nyata dalam perwujudan salah satu pasal dalam KHA , yaitu pasal 31 dimana setiap anak, tidak terkecuali anak jalanan mempunyai hak untuk menikmati seni budaya, waktu luang, istirahat dan rekreasi. Melalui kegiatan seni budaya ini anak-anak jalanan mempunyai peluang untuk mengembangkan bakat, kepribadian , keterampilan sosial dan personalnya yang diharapkan menjadi bekal awal untuk menapak asa pada kehidupan dimasa depan.Mengingat tentang pasal-pasal diatas, seharusnya negara ini sangat serius dalam mengatasi permasalahan ini. 

Munculnya anak-anak jalanan di berbagai kota diIndonesia menandakan gagalnya keluarga dalam menjalankan perannya untuk bertanggung jawab untuk mengasuh dan memelihara anak-anaknya dan juaga merupakan kegagalan sebuah negara dalam mengemban amanah rakyat dan konstitusi. Anak jalanan merupakan masalah yang cukup kompleks, karena melibatkan banyak sektor yang tidak bisa hanya dikelola oleh sebuah instansi pemerintah,disini banyak departemen atau instansi yang memiliki peranan penting untuk mengatasi anak jalanan ini, contohnya departemen pendidikan, departemen sosial dan lainnya. Ini dibutuhkan komitmen besar dari negara ini yang dipimpin langsung oleh Presidennya dan semua perangkat aparatur negara ditingkat pusat maupun di tingkat daerah. Bila ini terwujud, minimal negara ini bisa mengurangi tingkat kemiskinan warganya dan memberikan sebuah harapan untuk masa depan yang lebih baik, karena masa depan sebuah negara bergantung dari anak-anaknya tidak terkecuali anak jalanan.


Balkot Terror Project : Circuits,Daighila and more fighting in Bandung

feb 2011 | frans ari prasetyo

Bougenvillle space by frankazoid
Circuit - Australia (by frankazoid)
Circuit - Australia (by frankazoid)

Balkot Terror Project dan Cimahi familia menjadi promotor dalam gelar pertarungan antara wakil dari Australia , Malaysia dan Indonesia sendiri. Australia yang diwakili oleh Circuits yang berdomisili di Sydney dan Malaysia yang mengirimkan Daighila sebagai utusannya dari Negeri Sembilan.  Pihak Indonesia sendiri yang diwakili oleh komunitas balai kota di bandung mengirimkan antara lain  Fukk Bar culture, Siluman Gulali, sedangkan dari pihak Cimahi antara lain diwakili oleh Bougenville serta ada juga dari jakarta yang diwakili oleh GunXrose. Ada sekitar 13 band yang melakukan pertarungan bersama dalam event "POGO" yang digagas oleh promotor diatas.

"Pertarungan" yang disuguhkan penuh dengan passion, emosional, dan attitude yang menjaga kualitas etika pertemanan dalam sebuah komunitas underground. Pertarungan yang dikemas dengan senang, ceria menghadirkan sebuah pertunjukan musik khas underground dengan tanpa kerusuhan dan citra negatif yang selama ini diemban oleh komunitas underground ini. Citra negatif ini yang ingin diruntuhkan oleh Balkot Terror Project yang bekerja sama dengan Cimahi Familia sehingga terlaksananya acara ini.

Pertarungan yang diberi tajuk "Pogo" bukan tanpa alasan, karena terdiri dari beragam latar belakang yang berbeda  baik ekonomi, sosial, budaya dan kewarganegaraan tidak menyulutkan antusiasme mereka untuk ber"pogo" bersama. Pogo sendiri merupakan sebuah istilah untuk menikmati musik underground dengan cara berdansa atau menari menggerakan anggota badan untuk mengikuti irama musik yang sedang dimainkan oleh performers.

Bertempat disebuah area studio latihan band bernama Bougenville yang terletak dikawan Lembang parongpong Bandung Utara yang berjarak sekitar 30 km dari pusat kota Bandung tidak menyurutkan antusiasme publik yang menyenangi aktivitas underground untuk hadir dan ber"pogo" bersama. Ini juga sebagai perwujudan yang aktif dan progresif dari Balkot Terror Project untuk tetap beraktivitas walaupun issue tentang kebutuhan ruang publik bagi komunitas ini sampai sekarang belum ada sejak didengungkan pemerintah ketika merespon kejadian Tragedi AACC , 3 tahun lalu. hal ini bukan hambatan , sebelumnya pun balkot Terror project beraktivitas secara mandiri dan berkolaborasi dengan komunitas atau kolektif lain untuk mencari solusi tempay tadi, contohnya dengan Cimahi familia dalam acara ini.

Seharusnya komunitas-kominitas lain juga tetap bergerak secara otonom dan kreatif untuk mengakali kekurangan yang ada bukannya malah berhenti beraktivitas karena kendala-kendala tersebut yang ternyata bisa disiasati dengan cermat.

Bougenvillle space by frankazoid


Sekolah taman : Ber-BLOG ria ditaman Ganesa

feb 2011 | frans ari prasetyo 

Sekolah taman ber-BLOG ria di taman ganesha
Sekolah taman yang digagas oleh Komunitas taman Kota, kali ini diikuti oleh orang-oarang yang selama ini aktif sebagai volunteer dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas Taman Kota. Para volunteer ini sekarang secara langsung mempraktekan bagaimana rasanya menjadi murid di Sekolah Taman yang selama ini hanya menjadi fasilitator bagi anak-anak yang sedang beraktivitas dalam kegiatan sekolah taman.

Pemilihan tema "belajar" kali ini adalah bagaimana membuat sebuah BLOG. Karena sekolah kali ini berkaitan dengan penggunaan teknologi internet sebagai media aplikatifnya, maka pemilihan taman Ganesha dirasa cocok untuk memenuhi kebutuhan fasilitas internet tadi. Dari semua taman yang ada dibandung kurang lebih sekitar 600an taman dan hanya 200an yang dirawat oleh pemerintah, tapi hanya ada satu taman saja yang memiliki fasilitas internet melalui layanan hotspot gratis diarea publik, yaitu Taman ganesha. Hal ini bisa dimaklumi, karena taman Ganesha yang dekat dengan kampus ITB dan area mesjid salman yang banyak dikunjungi oleh orang-orang terutama mahasiswa. Internet dewasa ini memang sudah tidak bisa dihilangkan dalam kehidupan sehari-hari apalagi wilayah akademik yang dimana mahasiswa dan akademisi berkutat didalamnya.

Respon bertaman kali ini yang diusung oleh Komunitas taman Kota, seolah ingin mengingatkan bahwa banyak aktivitas yang bisa dilakukan ditaman. Taman bukan hanya sebagai hiasan dekoratif kota dan sarana rekreasi publik, tapi taman juga bisa dijadikan sarana untuk berbagai aktivitas pembelajaran publik, contohnya dengan sekolah taman dengan tema workshop membuat BLOG.

Pemilihan tema untuk membuat BLOG dirasa penting sekarang ini walau pun terlambat tapi dibanding tidak sama sekali karena berbagai kendala yang dimiliki masing-masing personal. Kehadiran BLOG memberikan ruang alternatif dalam dunia yang berbeda dari dunia nyata untuk berkomunikasi dan mencurahkan berbagai ide,visi dan disheringkan dengan sesama pengguna BLOG untuk di realisasikan di dunia nyata atau sebaliknya semua kejadian, pengalaman dapat didokumentasikan melalui BLOG ini.

Kesempatan yang baik dan langka untuk bisa merespon taman dengan kegiatan ini dan berharap kedepannya dapat membawa dan mengajarkan kepada anak-anak yang selama ini mengikuti kegiatan sekolah taman untuk mengenalkan lebih lanjut tentang teknologi dan perkembangannya melalui internet dan BLOG dan semoga ini menjadi triger yang baik untuk langkah nyata pemerintah atau pihak lainnya untuk menambahkan lebih banyak lagi layanan hotspot diarea-area publik, terutama ditaman-taman.

Sekolah taman ber-BLOG ria di taman ganesha
Sekolah taman ber-BLOG ria di taman ganesha
Sekolah taman ber-BLOG ria di taman ganesha