Sabtu, 12 Maret 2011

UDJO NGALAGENA : Diplomasi Bambu

March 2010 | frans ari prasetyo

Diskusi tentang buku Diplomasi Bambu (by frankazoid)



"Kejarlah apa yang tertinggal, isilah apa yang belum terisi " (Udjo Ngalagena, 1992)

Itulah sedikit cuplikan kalimat yang terlontar dari Udjo Ngalagena yang akhirnya menginspirasi banyak orang. Ini menjadi konsep kebebasan berekspresi yang dituangkan oleh Udjo Ngalagena dengan angklungnya. Ngalagena itu sendiri merupakan istilah ketelanjangan, kebebasan dan keterbukaan. Kalimat diatas merupakan cuplikan dari isi buku Diplomasi Angklung yang ditulis oleh Sulhan Safi'i. Melihat minimnya artefak textual yang dimiliki oleh Saung Angklung Udjo terlebih karakter personal Udjo Ngalagena itu sendiri maka terbitlah buku ini.

Buku Diplomasi Angklung ini menjadi kajian textual yang cukup komprehensif tentang posisi Udjo Ngalagena dalam membangun karakter pribadinya untuk kemudian ditransformasikan dalam identitas bangsa melalui seni budaya Angklung. Posisi Udjo Ngalagena dengan Angklungnya membawanya dalam ranah politik identitas dimana proses diplomasi yang dilakukannya menyebrang kewilayah global. Kemampuannya dalam mentransformasikan budaya Angklung sebagai bagian dari identitas bangsa Indonesia khususnya identitas masyarakat Sunda akan sangat sulit didefinisikan dalam wacana teoritis barat, karena disana terdapat nilai kearifan lokal, konten sejarah bahkan sampai wacana mistis yang hanya bisa dipahami oleh kultur lokal itu sendiri, minimal dengan tetap melestarikannya.

Apa yang dibangun oleh Udjo Ngalagena dengan Angklungnya sehingga menjadi sebuah wacana hubungan diplomasi antar kalangan didunia global dengan karakter personalnya Udjo sendiri sebagai seorang individu yang keras kepala, nyentrik, Visioner dan humanis. Apa yang ditawarkan Udjo Ngalagena kalau boleh saya sebut adalah sebuah "Self Image Branding is a product of political character tension" dimana Udjo Ngalagena sadar betul tentang siapa dirinya. Ya, minimal dapat terekam secara textual dalam buku ini yang diperkuat oleh rekaman visual berupa fotografi yang dipamerkan bersamaan dengan peluncuran buku ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar