Senin, 14 Maret 2011

Kehilangannya sosok Wawan Juanda & Creative Event

july 2010 | frans ari prasetyo

Pertunjukan karinding dalam Creative Expo (frankazoid)

Entah apa yang dipikirkan oleh Pemerintah Kota Bandung sekarang ini terhadap issue 'creative city'. Seperti ingin membayar hutang branding mengenai issue kreatif diarea 'youth culture', maka secara seporadis menyelenggarakan event creative expo dengan tag line 'No brain Corruption'.

Apa yang terjadi, mungkin karena ini project pemerintah yang secara teknis dan idea kurang mengerti mengenai apa itu 'creative movement' dikalangan anak muda di Bandung ini. Dengan tender project yang tidak masuk akal dengan dana besar (yang saya dengar sekitar 400 jt-an), maka event ini sepanjang saya tinggal di Bandung dan hadir disebuah event, ini merupakan event 'gagal'.

Bagaimana tidak, event ini sangat kurang sosialisasi, promosi dan publikasi. Hal tersebut  memang ada tapi baru terwujud sekitar 2 hari sebelum event dimulai. Ini diperparah oleh tag line yang diusungnya 'No Brain Corruption', sebuah tagline yang kurang disukai oleh kalangan anak muda karena terlalu 'wacana' dan bukan pada porsinya. Mungkin penggunaaan tempat , yaitu sabuga kurang cocok untuk event anak muda yang basisnya bazar. 

Ketidakcermatan pemilihan tallent dan para peserta event ini menjadi bumbu yang sangat fatal yang tidak diracik sempurna untuk membuat khalayak umum ingin hadir di event ini malah sebaliknya. Stannya hanya diisi oleh kerajinan tangan,merhandise, dan kulinerumum dan bisa didapatkan dengan mudah dipasar ataupun tempat umum lainnya. Kalau boleh dibandingkan keadaan dipasar kaget setiap hari jum'at di Pusdai (jl.Diponegoro) lebih ramai dengan transaksi yang mutual antara penjual/pembeli dan ini sesungguhnya kreativitas yang terjadi. Bayangkan mereka memanfaatkan moment yang singkat sebelum dan sesudah ritual Islam (jumatan) untuk saling melakukan proses transaksi.

Selayaknya pemerintah kota banyak belajar kepada wawan Juanda, sayang beliau telah meninggal pada hari senin 11 July 2010. Beliau adalah orang yang pertama kali membawa management event ke level tinggi , karena cita-citanya ingin menjadikan Bandung sebagai Kota Festival. banyak event yang telah dia torehkan sebagai guide line festival di kota ini seperti Dago Festival 1-4, Braga Festival, Spice Festival, Bamboe festival dan yang terakhir dia buat beberapa hari sebelum meninggal adalah Batik Festival. Secara tidak langsung Wawan Juanda membuat bandung menjadi kota kreatif seperti yang didengung-dengungkan oleh pemerintah seolah-olah itu merupakan agenda pemerintah.

Event ini menjadi sebuah pembuktian, bahwa konsistensi dan kecintaan terhadap kota yang didukung penuh oleh beragam komunitas yang tulus tanpa embel-embel sesuatu atau hidden agenda ingin membuat kota ini menjadi kota festival atau kota kreatif akan menghasilkan sesuatu yang benar-benar ditunggu, dicintai dan diharapkan untuk kemunculannya, bukan sebaliknya dengan melihat kondisi event ini yang sepi tanpa pengunjung. Hal diatas akan direspon secara otomatis bila sudah ada pengharapan dan rasa cinta kepada kota ini , maka publik kota dengan sendirinya akan ikut berpartisipasi dan hadir di berbagai event/festival yang selenggarakan. 

Semoga apa yang dicita-citakan Wawan Juanda dan seluluh warga kota Bandung dapat terwujud, tentu saja dengan dukungan pemerintah yang mendengarkan aspirasi warganya sehingga sinergi dapat terbentuk secara mutual. Selamat tinggal, kawan ! Apa yang kau torehkan untuk kota ini, semoga menjadi  wacana yang abadi dan pembelajaran bagi kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar