Selasa, 08 Maret 2011

INFLUENCE - ScreenPrint Collective Exhibition

Nov 2009 | frans ari prasetyo


Budaya popular dan gaya hidup melahirkan karakter urban diperkotaan. Fenomena karakter urban ini  banyak memberi ruanguntuk memunculkan kemungkinan2 berekspresi dalam berbagai bidang.Saatnyalah melirik kemungkinan  itu dari pengembangan aktivitas masing2 individu.

Kali ini, latar belakang serta disiplin ilmu yang berbeda  bersinergi untuk membuat kemungkinan artistik yang diungkapkan melalui teknik screenprint, untuk kemudian diwujudkan dalam bentuk pameran bersama yang bertajuk "INFLUENCE". Pameran yang dipersembahkan oleh 6 seniman muda , yaitu : 
Ageng P galih, Besti Rahulasmoro, Frans A. Prasetyo, Iwan Ismael, Megha K Nugraha, Shahrul H Ananto yang melalui karya-karyanya memperlihatkan apresiasi, interpretasi dan intervensi individu didalam ruang urban.


Poster 1
Poster 2

Undangan 
Pengantar pameran : Aminudin TH Siregar.
Pembukaan pameran : Rabu 25 November 2009 pukul 19.00 wib
Pameran : 26 November – 12 Desember 10.00-19.00 wib
Diskusi 9 Desember pukul 16.00 wib

____________________________________________________________________________

frans ari prasetyo
   
Apa yang bisa kita tawarkan kepada publik mengenai proses kreatif sebagai bagian dari eksperimen pemetaan di wilayah seni rupa sekarang ini.Mungkin saatnya untuk mempertimbangkan kembali aktivitas-aktivitas masing masing individu untuk dikembangkan menjadi sebuah kemungkinan.Kemungkinan-kemungkinan ini dimunculkan secara artistik oleh masing-masing individu yang diungkapkan melalui teknik screen print atau seni cetak saring dan cut paper menggunakan "acrylic" melalui medium silk screen pada kanvas dan dengan latarbelakang dan interdisiplin yang berbeda kemudian bersinergi untuk diseragamkan secara kolektif yang egaliter dalam wujud pameran senirupa screenprint bertajuk “Influence” 

Budaya popular dan gaya hidup melahirkan karakter urban di berbagai perkotaan. Fenomena karakter urban ini banyak memberikan ruang untuk memunculkan kemungkinan-kemungkinan berkekspresi dalam berbagai bidang.Saatnnya melirik kemungkinan dari pengembangan aktivitas masing masing individu.

Pameran ini berangkat dari sebuah obrolan ringan untuk kemudian "diseriuskan" untuk berproses dalam sebuah penciptaan karya seni grafis yang kemudian direalisasikan dalam bentuk pameran secara kolektif dengan menggunakan medium screen print atau yang lebih dikenal oleh masyarakat luas dengan sebutan seni sablon. Teknik ini apak diaplikasikan pada kanvas melalui acrylic . Teknik sablon ini sangat dekat dengan keseharian masyarakat kebanyakan, dimana setiap berbagai benda pakai mengaplikasikan teknik ini.

Teknik screen print atau sablon bukanlah barang baru sebuah proses pembuatan karya seni rupa kontemporer, teknik screen print merupakan salah satu dari sekian banyak teknik seni cetak grafis. Dalam prosesnya ia mampu menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah banyak.

Di ranah seni rupa kontemporer screen print dipopulerkan oleh Andy Warhol, seorang seniman asal Amerika yang berekspresi dengan mengusung pengalaman dan citra-citra keseharian lewat kode-kode budaya popular. Kehadiran seorang Andy Warhol saat itu kerap menjadi sebuah fenomena dalam dunia senirupa sebab teknik yang ia aplikasikan berbeda dengan teknik seni rupa pada umumnya. Hingga kemudian seni sablon atau screen print mampu bersanding secara kuat dengan seni-seni konvensional seperti seni lukis dan lain sebagainya.Di Indonesia sendiri teknik screen print kerap digunakan oleh beberapa seniman dalam penciptaan karyanya, namun tetap masih jarang dan bahkan karya-karya yang menggunakan teknik ini kerap disebut gampangan.

“Teknik seni sablon yang pernah mengemuka sejak 1970-an di Indonesia dan kemudian terbilang langka dimanfaatkan oleh seniman kontemporer kita telah meretas pandangan bahwa teknik tersebut adalah media “murahan” dan oleh karenanya “bukan seni “,” kata Aminudin TH Siregar, yang bertindak sebagai pengantar dalam pameran Screen print bertajuk Influence yang digelar di pusat kebudayaan Prancis (CCF) Bandung yang dibuka pada hari rabu 25 November.

Dalam pengantar pamerannya ia juga menambahkan bahwa dengan bercermin pada popularitas karya-kaya Andy Warhol pada tahun 60-an silam, saatnya melebarkan cara pandang sempit yang masih saja membekap perilaku seni serta pasar kita dalam paradigma lama yaitu memarjinalkan teknik dan media tertentu di dalam kegiatan artistik dan mendewakan satu jenis yang lain.

Meski waktu pengerjaan tidak tergolong terlalu banyak memakan waktu , mengingat porsi rutinitas masing-masing seniman yang terlibat kali ini berbeda-beda. Namun pameran yang progress dan prosesnya ini berlangsung selama sepuluh bulan terhitung mulai dari wacana hingga prosesnya ini bertujuan untuk kembali memberikan sugesti kepada perupa untuk melirik kembali medium screen print.

Pameran ini diikuti oleh enam seniman yaitu Ageng Purna galih, Besti Rahulasmoro, Frans Ari Prasetyo, Iwan Ismael,Megha K Nugraha, dan Sahrul Haetamy Ananto, dalam proses penciptaan karyanya mereka melakukan proses secara bersama-sama di sebuah bengkel yang bernama amben Harumanis yang terletak di komplek perumahan Kopo Permai, Bandung.

Dalam keragaman latar belakangnya baik pendidikan maupun profesinya setiap seniman dalam pameran kali ini bersinergi dan melalui karya-karyanya mereka mencoba memperlihatkan apresiasi, interpretasi dan bahkan intervensi di dalam ruang urban. Uniknya dalam pameran kali ini tak satupun dari peserta memliki latar pendidikan seni. Hal itu lah yang kemudian memberikan karakter tersendiri dalam penciptaan karyanya.

Betapa tidak, bila mau sedikit menelisik tentang profile seniman yang terlibat kita akan melihat adanya heterogenitas, kendati itu tipis namun itu lah adanya. Sebut saja Ageng Purna Galih seorang designer dan pegiat Photografi, Besti Rahulasmoro adalah perupa yang menekuni teknik drawing, Iwan Ismael seorang pelukis, Frans A Prasetyo seorang Photografer dan aktif diranah sub-culture , Megha K Nugraha seorang pegiat street art khususnya stencil selain itu ia juga mahasiswa semester akhir di Fikom Unisba, dan terakhir adalah Sahrul H.Ananto seorang mahasiswa semester akhir jurusan Jurnalistik Fikom Unpad.

“Karya-karya mereka bertolak pengalaman estetik personal yang telah dilakukan sebelumnya. Kentara sekali bahwa secara umum, karya-karya mereka memunculkan sejumlah komentar dari ranah budaya popular, hal ini dimungkinkan boleh jadi akibat karakter urban yang dikandung dari teknik sablon itu sendiri,” kata Aminudin TH Siregar dalam catatan pengantar pamerannya.

Dikatakan juga oleh Aminudin dalam pameran yang akan berlangsung mulai tanggal 26 November hingga 12 Desember ini bahwa tampak dalam pameran ini terlihat karya seniman yang melakukan gubahan-gubahan secara personal, gubahan itu bisa berupa apa saja baik gambar, fotografi, sketsa dan lain sebagainya. Dalam satu dan dua karya kita temukan seniman yang benar-benar memanfaatkan hasil pungutan kode visual yang telah ada sebelumnya, namun itu pun diperkarya sedemikian rupadengan bentuk-bentuk yang berperan untuk “mengalihkan” konstruksi makna awal kode tersebut. Dalam proses tersebut tampak seniamn bermain-main dengan komposisi warna serta garis sehingga secara keseluruhan bisa dikatakan karya-karya mereka lebih cenderung didorong oleh suatu keinginan untuk menyodorkan makna diatas makna sebelumnya.

“Pameran screen print “Influence, bagaimana pun patut dicatat sebagai debut yang keras kepala kalau tidak disebut sebagai militansi seniman untuk menggaungkan kembali teknik seni sablon, offset berikut sejumlah perpaduan yang mungkin antar teknik cetak datar lainnya. Upaya ini layak dihargai mengingat semakin langkanya pemanfaatan teknik sablon dalam perkembangan seni rupa kita akhir-akhir ini, khususnya di Bandung.” Tambah Aminudin TH Siregar dalam tulisan pengantar pamerannya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar