Minggu, 13 Maret 2011

Firoz Mahmud in Asbestos

Mei 2010 | frans ari prasetyo

Pameran Firoz mahmud (by frankazoid)

Ini merupakan kali ke-2 ditahun 2010, Asbestos Art Space yang digawangi oleh Mimi fadmi dan W. Chistiawan menyelenggarakan program-programnya. Kali ini fotografi menjadi sajian menu dari santapan yang dibawa oleh Firoz Mahmud untuk diapresiasi dan dinikmati oleh publik Bandung khususnya.Firoz Mahmud, mungkin nama yang kurang familiar ditelinga orang Indonesia , tapi sudahlah.......Seniman yang berasal dari Bangladesh ini  menyuguhkan fotografi sebagai pendekatan relasinya terhadap beragam issue yang dia dengar, dia jumpai dan dia rasakan sebagai Asian commuter antara Dhaka dan Tokyo .

Apa yang ditawarkan oleh Firoz Mahmud, menguak isu relasi sosial dan alam yang aga jarang ditemukan sebelumnya atau pencitraan , kebiasaan sosial, budaya , kasta dan stratafikasi dalam kehidupan keseharian, mitos dsb. Firoz Mahmud adalah seniman lintas media, non metodik sebuah pendekatan yang mengandalkan media atau benda temuan menginagtkan kita pada konsep pemikiran Marcel Duchamp tentang readymades dimana seni visual adalah sebuah objek yang dipilih oleh seniman sebagai lawan pilihan demi kepentingan estetik dalam kajian karya seni. Istilah yang sangat populer dikalangan kaum dadaism. Readymades telah dipergunakan sebagai tantangan terhadap kualitas artistik elitis di dunia senirupa.

Firoz Mahmud memperpanjang kekayaan tradisinya sebagai media temuan lokalnya dan membawa ke biennale-biennale seni rupa kontemporer internasional karena karya readymades menjadi berbeda dengan produksi masal buatan pabrik karena dia dipilih langsung oleh sang seniman. Seleksi dari objek temuan adalah berdasarkan kualitas estetik dimana ia memiliki potensi sebagai benda pamer bagi kontemplasi estetik pemirsanya, demikian W cristiawan memaparkan ini sebagai pengantar pameran ini.

Pameran yang bertajuk " Whatever they are scolded, your star is safe" merupakan kumpulan dari beberapa karya yang sebelumnya telah dipamerkan diberagam pameran. Di Asbestos Art Space ini , kita beruntung dapat menyaksikannya dalam satu kesempatan. Konsep karya-karyanya ini adalah 'menawarkan citra-citra arketip dari para selebriti dalam penampilan kepalsuan mereka. Karakter dan aktivitas mereka sangat anarkistik dan individualistik. Selebriti ini seperti yang ditampilkan seperti Michael Jackson, Mike Tyson sampai Zinadine Zidane.

Mereka adalah ikon-ikon popular pada puncak karier mereka, tetapi sebenarnya mereka memiliki kontroversi yang berbeda. Disini Firoz menyuguhkan untuk menggarap para selebriti tersebut ketika tengah tampil seperti bermain, berolahraga,show dan terkagum pada moment bahagia mereka. Firoz menggambarkan garis bantu agar mereka tidah jatuh atau merasa tidak kesulitan bergerak terutama dalam realitas fotografi. Penampilan mereka akan lebih tampil keren dengan garisan gambar perspektif yang menggambarkan kemawasan etos performatif dari ekspresi ikoniknya. garisan dibagian bawah mengisyaratkan bahwa para selebritis ini tidak akan jatuh dari citraan. Merasa nyaman dengan gerak mereka dan struktur pada wajah membuat mereka lebih leluasa menampilkan ekspresi selebritisnya. Disini terdapat pertautan hibriditas dan sensibuilitas baru dalam pembacaan menggunakan medium fotografi.

Disini sebenarnya Firoz sedang melakukan kritik halus bukan hanya pada kaum selebritis pujaan, tetapi pada perilaku manusia yang tidak dapat mengontrol dirinya sendiri terlebih ketika dia berada dipuncak supremasinya, ini berlaku untuk semua individu dengan beragam aktivitas dan latarbelakangnya. Memang sangat disayangkan Firoz tidak dapat hadir dalam pamerannya kali ini di Asbestos karena satu dan lain hal yang tidak bisa ditinggalkan di Tokyo. Tapi apa yang dia suguhkan sudah cukup merepresntasikan kehadirannya dalam potensi ekspresi-ekspresi pamernya untuk kemudian direspon dalam kontempalif penontonnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar