Minggu, 13 Maret 2011

NU SUBSTANCE 2010 : Pertunjukan Pantun Buhun

july 2010 | frans ari prasetyo

karinding attack (by frankazoid)


Sinden pantun buhun (by frankazoid)

Nu Substance seolah telah menjadi agenda rutin yang akan terus diusung oleh Common Room sebagai pilot project mereka. Nu Substance sendiri merupakan sebuah festival yang berusaha mengaitkan semua resource mengenai open culture, Technology. and urban Ecology. Program Nu Sunstance yang banyak melibatkan komunitas "kreatif" di Bandung ini menjadi tolak ukur bagaimana Common Room memposisikan dirinya ditengah-tengah arus kreativitas yang melanda kota ini. Program Nu Substance kali ini tengan tajuk "Floating Horison" mencoba menawarkan hal lain yang berbeda dengan program Nu Substance sebelumnya.

Diawali dengan acara ceremonial dari lokal cultutre (sunda) berupa bertunjukan Pantun Buhun yang dimainkan oleh Mang Ayi dan Wa Itok mengusung lakon Berhala Gugur. Pantun merupakan sajian sastra berupa sajak,dialog yang dilantunkan dengan ritme tertentu, sedangkan buhun berarti waktu lampau bisa dikatakan jaman dahulu (nenek moyang).

Pertunjukan ini juga melibatkan Tisna Sanjaya dari Pusat Kebudayaan Cigondewah merangkap seniman dan dosen FSRD ITB, ada juga Hawe Setiawan yang merupakan seorang penulis. Adi Gembel (vokalis Forgotten) dan Man (vokalis Jasad) yang notabene merupakan frontman dari band-band Metal asal Ujung berung (Bandung Timur) turut memberikan kontribusinya untuk pertunjukan ini, walaupun sangat berbeda dari segi musikalitas dan beragam atribut lainnya yang selama ini melekat dalam diri mereka. Tidak lupa Karinding Attack yang saat ini merupakan kelompok musik garda depan yang memainkan dan mempromosikan alat musik karinding dan tentu saja dengan issue ke-Sundaannya.

Pertunjukan berlangsung molor 2 jam dari waktu yang telah ditentukan. Ternyata hal ini sengaja dilakukan selain memang karena kendala teknis, supaya semakin malam agar pertunjukan semakin memberikan nuansa magis. Benar saja tatkala terdapat beberapa orang sinden yang melantunkan pantun buhun diiringi oleh musik dari Karinding dan Celempung membuat atmosfer Commom Room kala itu beraroma mistis, sehingga mengundah roh-roh nenek moyang untuk ikut larut dalam pertunjukan ini. Buktinya terdapat peserta peryunjukan yang mengalami ketidaksadaran jasmani dan rohani sehingga prilaku atau aktivitasnya diluar kontrol batas dirinya sebagai manusia manusia (kerasukan).

Ini menjadi moment/pertunjukan  yang ingin kembali diperkenalkan oleh Common Room kepada publik Bandung khususnya mengenai issue ke-lokalan yang dibungkus oleh youth movement- Nu Substance.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar