Senin, 14 Maret 2011

ILLUMINATOR exhibition

des 2010 | frans ari prasetyo


pameran illuminator by frankazoid

Underground subculture art, begitulah tagline ini memposisikan sebagau
sebuah kejadian sosial/budaya yang melibatkan orang-orang yang
terbiasa terlibat dalam aktivitas underground, baik itu musik,
pergerakan maupun literacy dan sekarang mencoba menyuguhkannya dalan
konteks art. Mengapa tidak ? toh apa yang mereka lakukan sehari0hari
sebenarnya sudah menunjukan sebuah art movement. Hal ini coba
diperkuat dengan pameran ini yang memperlihatkan secara kekaryaan
tentang artefak-artefak visual yang biasa mereka buat.

Pameran yang bertajuk "illuminator" ini digerakan bersama-sama oleh
delapan orang , yang terdiri dari Inhuman art a.k.a Dede Suhita, Ken
teror a.k.a Ivan nugraha, Gencuy Brutal art a.k.a Cucu Somantri, Dinan
a.k.a Profanatixa art, Jali Narchos a.k.a jali, Gustav Insuffer a.k.a
Gustaman Hendi, 5 milligram artwork a.k.a Widodo baskoro, mortem art
a.k.a Yusep memberikan ilustrasi yang ada dalam pikirannya kedalam
hand drawing artwork untuk bisa dinikmati secara masiv oleh
orang-orang diluar kalangan sub-culture yang mereka geluti
sehari-hari.

Adi gembel yang dikenal sebagai salah seorang yang sudah lama bergelut
dalam dunia subculture ini sebagai salah satu frontman band Forgotten,
band yang sudah cukup lama eksis diwilayah underground didaulat
menjadi kurator untuk pameran ini. Pemilihan yang tepat dan pas ,
mengingat adi gembel cukup dikenal oleh para ilustrator ini dan sangat
memahami kontruksi pikiran yang ingin dihembuskan mereka dikepada
publik.

Dalam catatan pinggirnya "memaknai ketelanjangan dan sadisme, sebuah
do'a pengantar menuju ruang otopsi", seolah menegaskan bahwa tubuh
adalah bagian paling personal dan menjadi benteng pertahanan yang
terakhir dalam segala bentuk saluran ekspresi.Di pameran ini tubuh
dijadikan lahan melakukan esploitasi estetika , bukan tubuh mereka
sendiri tapi tubuh-tubuh imajiner yang ada dalam alam bawah sadar
mereka. sadisme dan ketelanjangan memberikan nilai lain dalam sebuah
ruang otopsi sebagai wilayah ekspresi kebentukan sebuah tubuh dalam
sebuah detail yang dibekukan dalam sebuah frame dua dimensi namun
tetap menyimpan sebuah makna personal dalam kacamata mereka ketika
membuat karya "seni" ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar